Menunggu



~ Ketika hati hendak menginginkan itu terjadi, namun waktulah yang jadi sang penentu ~


Ketika awal bertemu dengannya, aku sedikit malu dan belum sama sekali punya perasaan sama dia. Aku berfikir dia orang yang aneh dan cukup cuek. Bagiku saat itu hanyalah mata yang saling pandang dan belum sampai jatuh ke hati. Namun setelah aku pulang dari rumah temanku, tiba-tiba dering telfonku berbunyi dan ternyata temanku sedang mengirim pesan untukku. Dan isi pesan itu mengatakan kalau dia ingin berkenalan denganku. Aku tersipu malu dan banyak sekali pertanyaan yang terlintas di otakku. Mengapa? Kok bisa? Bagaimana? Lalu beberapa detik kemudian, ada pesan masuk di handphone ku. Itu nomor baru. Belum ku namai. Isi pesan itu berupa sapaan.

Hai?...
Boleh kenalan?...

Hah? Siapa? Aku ragu untuk membalasnya. Hingga sedikit lama aku baru membalasnya,
Iya.. Siapa?

Seketika itu ia membalas…
Aku.. orang yang tadi bertemu denganmu.. Di depan rumahku.. saat kamu sedang belajar bersama di rumah temanmu.

Secepat itukah ia mengirimkanku pesan. Dan kenapa temanku langsung memberikan nomor ponselku, tanpa persetujuan dariku. Ah…. Sudahlah… mungkin ia memang ingin berteman jadi ku biarkan saja. Menurutku.

Aku dengannya asyik berkirim pesan lewat SMS setiap hari. Memang balasnya agak lama. Tapi hampir setiap hari kita bertukar kabar. Ia orang yang cuek. Sms nya monoton setiap harinya. Hingga suatu hari, kita memutuskan untuk pacaran. Padahal sebenarnya, aku belum total mengenal jauh soal dia. Bahkan secara fisikpun aku belum jelas tentang perfisikan dia. Haha… tapi mungkin ini garisnya, aku merasa nyaman dengannya. Jadi ya sudahlah, aku terima dia.

Setelah 1 bulan pacaran. Kita memang sering kontak, akan tetapi ia jarang untuk balas cepat.
Ya.. mungkin dia sibuk. Secara dia juga kelas 3 SMP mungkin dia sibuk belajar mempersiapkan ujiannya.
2 bulan berlalu. Ia semakin jarang memberi kabar. 
Kemana dia? Apa yang sedang ia lakukan? 
Pertanyaan-pertanyaan itu sering muncul. Akan tetapi tidak ada jawaban. Hingga suatu saat, ia memberi kabar bahwasannya ponselnya rusak  dan ia harus fokus untuk belajar karena ujian nasional sudah semakin dekat. Ia tidak bisa mengirimiku pesan lagi. Oke.. aku maklumi itu.

3 bulan berlalu…
Ia masih tetap tanpa kabar
7 bulan berlalu…
Masih juga tanpa kabar padahal ujian nasional telah berakhir dan ia pun juga sudah mulai bermain ponsel lagi. Akan tetapi tetap ia tanpa ada kabar.
Tepat di bulan yang ke 12. Akhir bulan, tiba-tiba…..
Dering ponselku berbunyi. 
Ya… ada nomor baru yang masuk dalam ponselku. Menyapaku dan memberiku sebuah kabar. Dia… yang selama ini ku tunggu, akhirnya memberi kabar. 
Namun…....
Kabar itu sangat ku benci. Tak ku inginkan selama ini. Dia ingin mengakhiri kisah ini. Dia ingin memutuskan untuk pergi. Dengan alasan mitos jika daerah tempat tinggalku tidak boleh ada hubungan dengan daerah tempat tinggalnya, sebab jika tetap dilakukan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Ya…. Dia mengakhirinya. Dia berpamitan. Dia pergi dan dia mulai menghilang.
Sakit… hancur… sia-sia… itu pasti sebab selama ini aku menunggunya dan setia bertahan dengannya. Akan tetapi ia tak mau mempertahankan. Dan sedikit demi sedikit mulai menjauh dan menghilang.

Menunggu memang membosankan…
Akan tetapi menunggu suatu hal yang kita sayangi akan membuat kita bersemangat untuk menunggu…
Meskipun hasil akhir belum tentu sejalan dengan yang kita inginkan…
Kamu, yang dulunya aku cintai kini menghilang
Kamu, yang dulunya aku sayangi kini menjauh
Dan kamu, yang dulunya aku pertahankan kini mulai menghindar dan pergi untuk selamanya

~Selamat jalan masa lalu yang mulai jauh meninggalkanku~





#Cerita Pendek

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadis Ahwali

Aliran Strukturalisme Dalam Psikologi

Pemikiran Kalam Rasyid Ridha