Pemikiran Kalam Rasyid Ridha

Rasyid Ridha

A. Biografi Rasyid Ridha 
Muhammad Rasyid ibn Ali Ridha ibn Muhammad Syamsuddin al-Qalamuni, selanjutnya terkenal dengan nama “Ridha” lahir di desa Qalamun Libanon pada tanggal 23 September 1865. Beliau berasal dari keturunan bangsawan Arab memiliki garis keturunan langsung dari Husain ibn Ali, cucu Muhammad putra dari Fatimah. Rasyid Ridha adalah seorang intelektual Muslim dari suriah yang mengembangkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digegas oleh Jamaluddin Al-Afghani dan muhammad Abduh.
Ayahnya seorang ulama terekat Syazaliyah, maka dari  itu sejak kecil Rasyid Ridha sudah terbiasa mengenakan jubah dan serban bahkan bertekun diri dalam pengajian dan wirid. Di Madrasah Tradisional desa al-Qalamun ia memulai pendidikan formalnya. Setelah tamat ia pindah ke Madrasah Ibtidaiyyah Rasyidah di Tripoli. Disini ia belajar ilmu alat (nahwu & Sharaf), aqidah, fiqh, geografi serta bahasa arab dan Turki.
Semasa kecilnya ia dimasukkan ke madrasah tradisional Al-Qalamun untuk belajar menulis, berhitung dan membaca Al-Qur'an. Di tahun 1882, ia meneruskan pelajaran di Al-Madrasah Al-Wataniah Al-Islamiyah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Pada madrasah ini selain bahasan Arab juga diajarkan bahasa Turki dan bahasa Perancis di samping pengerahuan agama dan pengetahuan modern lainnya. Dalam usaha menandingi daya tarik sekolah Kristen, maka Al-Syaikh Husain Al-Jisr mendirikan sekolah Nasional Islam ini, hal ini mendapat tantangan dari pemerintah Usman sehingga umur sekolah Al-Wathaniah Allslamiyah (Sekolah Nasional Islam) ini tidak begitu lama. 
Setelah itu Rasyid Ridha melanjutkan pelajarannya di sekolah agama yang ada di Tiipoli dan terus menjalin hubungan dengan gurunya al-Syaikh Husain Al-Jisr, dan gurunya inilah yang membimbingnya di waktu mudanya. Melalui majalah Al-Urwah Al-Wustqa ia terpengaruh oleh ide-ide Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh, kemudian ia mendapat kesempatan untuk berjumpa dengan Muhammad Abduh yang murid Jamaluddin Al-Afghani ini, sehingga perjumpaan ini membawa kesan dan dialog dan meninggalkan kesan yang baik dalam dirinya.
Ketika Rasyid Ridha bertemu dengan Muhammad Abduh, ia mendapatkan pembaruan atas pemikiran-pemikiran yamg telah ia dapatkan dari al-Syekh Husain al-Jisr dan yang kemudian di perluas lagi dengan ide-ide Al-Afghani dan Muhammad Abduh yang sangat mempengaruhi jiwanya dan membuat Ridha semakin berpikir keras. sehingga dia mencoba menjalankan ide-ide pembaharuan itu ketika ia masih berada di Suria, akan tetapi usahanya itu mendapat tantangan dari kerajaan Usmani, kemudian ia merasa terikat dan tidak dapat kebebasan untuk menjalankan ide-idenya kemudian ia memutuskan untuk pindah ke Mesir tahun 1898 M karena gurunya Muhammad Abduh berada di Mesir, disini dia mendapat kebebasan untuk menjalankan ide-idenya dalam pembaharuan dimaksud.
B. Karya-Karya
Pada saat Abduh berkunjung ke Bairut sekitar tahun 1885 M dalam rangka menemui temannya Syaikh Abdullah al-Barakah yang mengajar di sekolah al-Katuniyah, Ridha sempat berdiskusi, di seputar tafsir yang cukup representatif saat itu yakni Tafsir al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari, dengan Abduh. Tampaknya pertemuan ini sangat berkesan pada diri Ridha sehingga pada tahun 1898 M Hijrah ke Mesir. 
Setelah beberapa bulan menjadi murid Abduh segera bersama-sama dengan gurunya menerbitkan majalah “Al- Manar”. Selain sebagai Jurnalis, Ridha ternyata merupakan seorang penulis yang cukup produktif. Karya-karyanya antara lain ialah:
1. Tarikh al-ustadz al-imam al-Syaikh Abduh
2. Nida’ Li al Jins al Lathif
3. Al Wahyu Al Muhammadi
4. Yusr al Islam wa ushul al Yasyri al ‘Am
5. Al Khilafat
6. Al Wahabiyah wa al Hijaz
7. Munawarat al-Muslih wa al Muqallid
8. Zikra al Maulid al Nabawi
9. Syubaht al-Nashara wa Hujaj al Islam
10. Al Azhar wa al Manar
11. Al Hikmah al Syar’iyah fi Muhakamat al Dadiriyah wa al Rifa’yah
12. Risalatu Hujjat al Islam al Ghazali
13. Al Sunnah wa al Syi’ah
14. Al Wahdah al Islamiyah
15. Haqiqah al Riba
16. Tafsir al Manar
C. Pemikiran Ridha tentang Penciptaan Adam dan Hawa
Asal mula permasalahan atas ini ialah munculnya suatu permasalahan tentang perbedaan asal kejadian kaum perempuan dari kaum laki-laki. Dari permasalahan ini, munculah suatu pertanyaan-pertanyaan apakah kaum perempuan diciptakan dari bahan yang sama dengan laki-laki ataukah perempuan diciptakan ari bahan yang berbeda dengan laki-laki seperti diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. 
Dalam hal ini, Al-Qur'an menjelaskan dalam QS. An-Nisaa ayat 1 yang memiliki arti "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya : dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu". 
Berdasarkan ayat diatas, Al-Qur'an secara jelas menerangkan bahwa penciptaan Adam dan Hawa adalah berasal dari bahan yang sama lalu keduanya dikembangbiakkan oleh Tuhan secara bersama-sama dan terciptalah keturunan atas mereka (Adam dan Hawa). Dalam hal ini Al-Qur'an secara jelas menegaskan sebuah penolakan terhadap pernyataan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Namun terdapat hadis Nabi yang dinilai shahih yang berbunyi "saling pesan memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok" (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari Muslim, Tirmidzi dari Abu Hurairah) 
Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa hawa diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Terdapat beberapa penjelasan para ulama tentang makna sesungguhnya dari hadis tersebut. Menurut Muhammad Rasyid Ridha, dalam tafsir Al-Manar, menyatakan "seandainya tidak tercantum kisah kejadian Adam dan Hawa dalam kitab perjanjian lama denga redaksi yang mengarah kepada pemahaman di atas, niscaya pendapat yang keliru itu tidak akan pernah terlintas dalam benak seorang muslim".
Terdapat pendapat menurut prof. Dr. Ibrahim Abdurrahman Khalifah, guru besar dan ketua jurusan Tafsir, fakultas Ushuluddin Al-Azhar Cairo, meriwayatkan tentang penciptaan Hawa dari tulang rusuk yang bengkok adalah bias israiliyyat yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dengan tafsir metaforis ini Ibrahim Khalifah menyusun pemaknaan kurang lebih yang berbunyi "berilah perhatian sebaik,  sebijak, dan seadil mungkin kepada perempuan, karena sesungguhnya mereka diciptakan secara fisik begitu lemah". 
Adapun pendapat dari Mahmud Abdul Hamid dalam bukunya Huquq Al Marah Baina Al Islam Wa Diyanah Al Ukhra memaknai pesan hadis yang berbunyi "tulang rusuk yang bengkok" mempunyai arti keadaan fisik perempuan yang lemah karena secara kodrati perempuan itu lemah. Ketika masuk usia baligh, perempuan setiap bulan mengeluarkan darah yang secara otomatis dapat menurunkan vitalitas tubuhnya. Lalu ketika hamil mereka menyandang derita, lelah dan letih selama 9 bulan. Dan ketika melahirkan betapa pula rasa sakit yang diderita dan diikuti dengan penderitaan lainnya seperti nifas (keluar darah selama 40 hari). Lalu waktu tidur yang kurang, karena harus melayani kebutuhan sang bayi dan suami, siang dan malam. Itulah penjelasan mengenai gambaran penciptaan hawa dari tulang rusuk yang bengkok, yang memberi kesan perempuan sebagai makhluk pelengkap yang dipandang tidak tepat dan terkesan mysoginis. 
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa tulang rusuk yang bengkok harus di pahami dari segi majazi (kiasan), dalam arti bahwa hadis tersebut memperingatkan pada para lelaki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana. Karena pada perempuan terdapat sifat, karakter dan kecenderungan yang tidak sama dengan laki-laki. Kaum lelaki tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat bawaan perempuan sehingga jika kaum lelaki berusaha mengubahnya maka akan berakibat fatal sebagaimana fatal nya meluruskan tulang rusuk yang bengkok. 
Berdasar pada pemahaman hadis Quraish Shihab, berarti mengakui jika kepribadian perempuan yang telah menjadi kodrat bawaannya sejak lahir. Seperti dalam QS. Al-Isra : 70 yang berbunyi "Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." 
Terdapat kalimat "anak cucu Adam" yang itu mencakup laki-laki dan perempuan demikian pula penghormatan Tuhan yang diberikannya itu, mencakup anak-anak Adam seluruhnya baik laki-laki maupun perempuan. Pemahaman diatas dipertegas kembali dengan ayat Al-Qur'an QS. Ali Imran : 195 yang berbunyi "Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik."
Ayat ini memberikan penjelasan bahwa sebagian kamu (hai umat manusia yakni laki-laki) berasal dari pertemuan ovum perempuan dengan sperma laki-laki dan sebagian yang lain (yakni perempuan) demikian juga halnya. Kedua jenis kelamin ini sama-sama manusia dari segi asal kejadian dan kemanusiaannya, tidak ada perbedaan diantara keduanya. 
Disamping itu, terdapat pemaparan dari al-hadis tentang tulang rusuk yang bengkok ini berkaitan dengan perintah Rasulullah saw untuk memperlakukan kaum perempuan seadil-adilnya (setara) karena kaum perempuan juga memiliki hak yang sana dengan kaum pria. Dalam hadis lain pun menyatakan bahwa seorang suami tidak boleh melakukan 'azl (bersetubuh dengan sistem nusywah di luar) tanpa adanya kesepakatan dengan sang istri. Ada pula hadis lain yang menyatakan bahwa kesempurnaan iman laki-laki berada pada baiknya perlakuan laki-laki terhadap kaum perempuan. 
Dalam ayat Al-Qur'an QS. At-Taubah : 71 yang mempunyai arti "Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah swt. Sungguh, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Ayat tersebut secara jelas memaparkan bahwa antara laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dan yang membedakan diantara keduanya hanyalah nilai ketakwaannya. 
Dari beberapa penjelasan di atas, pandangan Rasyid Ridha tentang kaum perempuan dari segi penciptaan Adam dan Hawa ialah sebagai dari jenis yang sama, yang mana pandangan ini merujuk pada kaum perempuan untuk menghindari kesan superioritas kaum laki-laki terhadap kaum perempuan

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadis Ahwali

Aliran Strukturalisme Dalam Psikologi